LAHIR DAN CITA- CITA…

Tidak pernah ada seorang manusia yang menentukan sendiri di mana ia akan lahir. Maka, benarlah kata banyak orang bahwa kelahiran adalah keterlemparan. Ia adalah kenyataan yang hanya dapat diterima begitu saja tanpa dapat diprotes. Kenyataan ini seharusnya menyadarkan banyak orang bahwa sejak awal kehadirannya di dunia, manusia sudah tertentukan oleh yang lain. Lalu, kita seharusnya bertanya; “mengapa manusia justru semakin mempertebal egoismenya dan tidak lagi mengarahkan diri kepada yang lain?”
Aku “mendapat jatah” untuk dilahirkan tahun 1982. Sebenarnya aku selalu bertanya; “darimana asalku?” Apakah diriku adalah sekedar perpaduan sel sperma dan sel telur ayah dan ibu, yang bergairah untuk memenuhi hasrat berahinya? Jika demikian, betapa gampangnya. Betapa diriku hanyalah konsekuensi logis dari sebuah aktivitas bialogis: ‘kawin’. Dan betapa diriku tidak direncanakan. Jika seluruh manusia terjadikan demikian, betapa malangnya manusia, betapa tidak berbedanya manusia dengan binatang. Dan aku harus menyesal telah dilahirkan dan hidup.
Tapi, aku tidak yakin bahwa manusia adalah sekedar konsekuensi logis dari sebuah aktivitas biologis. Aku terlahir dari orang tua yang saling berjanji untuk sehidup semati lewat sebuah ikatan suci dihadapan sang sumber segala, yakni Tuhan. Aku lahir dari orang tua yang sadar akan kuatnya energi cinta, orang tua yang mau berkomitmen untuk dan akan selalu bersama mengarungi kehidupan dengan seluruh kebingungannya. Aku terlahir dari orang tua yang sanggup membuktikan kepadaku bahwa hidup bisa direncanakan, dan bahwa rencana itu dapat diwujudkan. Aku terlahir dari orang tua yang kehidupannya menyadarkanku bahwa betapa perlunya mengekang diri untuk tidak menjadi bebas sebebasnya. Aku lahir dari orang tua yang mengajarkanku dengan pengalaman hidupnya bahwa komitmen adalah sesuatu yang sangat mungkin dilaksanakan dalam kehidupan ini. Aku terlahir dari orang tua yang pengalaman hidupnya bersamaku menegaskan bahwa aku tidak sekedar dampak dari cinta mereka, tetapi aku adalah tujuan dari cinta mereka. Inilah kesadaran yang menguatkan seluruh perjalanan hidupku sampai saat ini. Inilah kesadaran yang membantuku untuk tetap setia pada komitmen yang aku ikrarkan di hadapan Tuhan melalui kaul- kaul kebiaraanku.
Maka, mengapa bingung menghadapi hidup? Mengapa tidak yakin dengan cita- cita dan masa depan? Mengapa takut dengan misteri hidup? Mengapa takut untuk belajar dari pengalaman yang lain, dan mengapa takut untuk merasa yakin dengan diri sendiri? Tuhan berkenan kepada orang yang berusaha untuk sesuatu yang positif bagi hidupnya, apapun bentuknya.

Komentar

Postingan Populer