20 November 2012

Malam ini hujan. Listrik mati. Untung ada “genset”, sehingga kami masih bisa menonton TV, mengecas HP dan Laptop. Beberapa hari ini listrik memang sedang macet di wilayah paroki tempat kami bertugas. Aktivitas kami agak padat hari ini, pagi-pagi setelah ibadat pagi dan misa, kami bersama-sama ke dapur; kadang-kadang memasak, kadang-kadang memanaskan makanan sisa makan semalam. Pagi ini, kami membuat nasi goreng dengan lauknya telur goreng alias ‘dadar’. Lalu kami makan pagi sambil ngobrol lama sekali. Masakan sendiri selalu enak. Saat makan bersama memang menjadi kesempatan untuk bercerita, sharing pengalaman, atau merencanakan apa yang bisa dilakukan berkaitan dengan pelayanan pastoral kami di Paroki. Pertemuan dan percandaan saat makan selalu mengasyikan apalagi jika ada Baki Marius, kakaek yang sudah berpuluh-puluh tahun menjadi teman setia setiap pastor yang berkarya di Paroki St. Martinus. Usia kakek ini sudah 75 tahun dan hamper seluruh hidupnya ia baktikan untuk membantu kelancaran pelayanan para pastor di Paroki St. Martinus. Di usianya yang sudah tua, pekerjaannya yang rutin adalah membunyikan lonceng Gereja setiap hari Minggu setiap sebelum perayaan ekaristi. Selesai sarapan pagi plus ngobrol-ngobrol santai, frater Richard ternyata sudah punya rencana sendiri. Ia langsung mengganti pakaian dan mengambil mesin pemotonh rumput dan mulai memotong rumput sekitar pastoran yang mulai tinggi. Saya pun sudah memiliki jadwal sendiri. Jam Sembilan saya sudah kedatangan calon pasangan suami isteri yang hendak penyelidikan kanonik bersama saya. Pastor Markus sudah memiliki jadwalnya sendiri. Setelah sarapan Ia bersiap-siap memimpin misa arwah di Mataso. Selesai penyelidikan kanonik saya langsung berganti pakaian, membantu Frater membersihkan rumah pastoran. Lelah juga rasanya. Kami baru berhenti jam sebelas, lalu beberapa tamu dari Nanga Sungai, salah satu stasi di wilayah paroki kami, mengunjungi kami dan berbincang-bincang. Kelihatan sekali mereka kelelahan, sehingga saya berinisiatif mengambil air untuk diminum. Seperti biasa, jam sebelas siang Ibu Ungkok, yang membantu kami memasak makanan, sudah datang dan memasakan untuk makan siang kami. Menu makan siang hari ini sederhana; nasi, telur, mie goreng, dan sayur hijau. Apapun makanannya, kami selalu bergembira menikmatinya. Kegembiraan inilah yang menjadi rahasia mengapat makanan yang kami santap selalu lezat. Saat makan siang, Pastor Markus kembali ke rumah, dan ahhh…jarahan dibawanya serta: sekantong daging ayam, sekantong daging babi, dan dua kantong sayur-sayuran. “Ini kita simpan untuk makan malam saja”, begitu kata Pastor Markus. Yah…akan ada makan malam yang nikmat, tentu saja dengan menu khusus ini. Selesai santap siang (juga dengan obrolan dan candaan) kami membereskan peralatan makan lalu istirahat siang. Sore hari sudah menunggu kegiatan lainnya “pertemuan pemantapan panitia rekoleksi umat plus Pleno Paroki” yang akan diadakan pada 23-25 November 2012. Mudah-mudahan kegiatan ini akan berguna bagi perkembangan iman umat di Paroki kami, yang tahun depan akan merayakan Hut-nya yang ke 100. Paroki ini memang sudah tua dan saya bersyukur bisa ditempatkan di Paroki ini di usianya yang ke seratus. Pertemuan kali ini tidak memakan waktu yang lama, karena hanya pemantapan dan laporan tentang hal-hal teknis yang sudah dan akan dilakukan dalam rangka persiapan acara rekoleksi tersebut. Sebelum gelap, saya berkunjung ke tetangga depan pastoran. Dan rupanya ada kue tart yang masih hangat. Nikmat sekali. Pastor Markus pun bergabung. Dia mengirim SMS kepada saya “apakah ini tart ulang tahun???” saya membalas dengan sms “bukan, dan tolong jangan diberi tahu bahwa besok saya ulang tahun yah…!!!”. Pastor Markus setuju lalu kami bersama-sama menghabiskan tart yang masih hangat itu. Sisanya kami bawa ke pastoran. Hari ini hari terakhir di usiaku yang ke 29 tahun. Dan mulai besok…”Kepala tiga…..” “tiga puluh….”; usia Yesus mulai berkarya di hadapan publik. Sederhana saja harapannya.…mudah-mudahan hidup saya pun semakin berkualitas…..seperti YESUS……Amien….