"Jantung Hati" (Ada jantung di hati)


“Jantung Hati”
Ada jantung di hati

“Jantung Hati”. Luar biasa ungkapan ini. Hanya hati yang punya jantung. Dan saya ingat beberapa hal ini tentang hati. Ketika marah, kita bilang “sakit hati”, ketika kecewa, kita bilang “luka hati”. Ketika sedih, kita bilang”pedih hati”, ketika putus cinta, kita bilang “patah hati”, ketika jujur, kita bilang “ungkapan hati”, ketika suka, kita bilang “jatuh hati”, ketika rindu kita bilang, jauh di mata “dekat di hati”, ketika sayang, kita bilang ”pujaan hati”, ketika kita menerima atau menolak seseorang kita bicara tentang “pintu hati”. Ketika mencintai, kita bilang “ada ruang bagimu di hatiku”, “hadirmu dalam lubuk hatiku”, ketika bergembira, kita bilang “senanglah hati” ketika hanya bisa diam menghadapi hal-hal yang tidak mampu kita katakan, kita bilang “menyimpan di dalam hati”. Ketika kita tidak bisa melakukan sesuatu dengan bahagia, kita bilang “setengah hati”. Ketika kita mendapai ketidakjujuran pada diri seseorang, kita hilang “lain di bibir lain di hati”. Dan tentu masih banyak lagi contoh-contoh yang bisa kita temukan di dalam pengalaman-pengalaman kita.
Rupa-rupanya, hati menunjukan keseluruhan diri kita. Hati mengungkapkan diri kita yang sesungguhnya. Kita adalah hati kita. Makanya, ada jantung di hati. Seluruh pengungkapan diri yang kelihatan secara kasat mata adalah hati yang sedang menungkapkan dirinya. Dan apa yang keluar dari hati, pasti akan menyentuh hati. Hati adalah kesungguhan diri kita.Hati adalah kenyataan diri kita yang paling murni, yang paling bersih, yang paling bening, dan paling putih. Dan sesungguhnya semua orang yang mencintai kita, tinggal di sana. ALLAH pun tinggal di sana, di tempat yang sesungguhnya merupakan diri kita, sebab DIA mencintai kita. Hati adalah CINTA.
Hal-hal ini menegaskan beberapa hal pada saya, bahwa ketika kita ingin mengubah hidup kita, menjadikannya lebih baik dari sebelumnya, kita hanya perlu mengubah hati kita, membersihkannya, menatanya, supaya siapapun yang ada di sana merasa betah, dan tidak akan pindah ke lain hati: (keluarga, sahabat, kekasih, dll). Dan ini bukanlah hal yang mudah. Sebab seringkali kenyataan-kenyataan, situasi dan pengalaman pribadi membuat kita ‘bengkok hati’, “bercabang hati”. Sedang ada dimanakah kita?
Saya ingat bahwa kita memiliki dia yang kita sebut “memiliki hati yang tidak bernoda “Maria”. Keseluruhan hidupnya memperlihatkan kedekatannya dengan sang sumber segala CINTA. Maria memiliki hati yang sungguh-sungguh bening, sungguh-sungguh putih, sungguh-sungguh jernih. Dia adalah teladan bagi kita bagaimana seharusnya menjalani dan menghayati hidup, bagaimana seharusnya mengasihi, bagaimana seharusnya mencintai, bagaimana seharusnya mengelola segala hal yang menyakitkan hati. Dan Bagaimana menjadikan hati selalu terarah kepada ALLAH.

(Bunda, jadikan hati kami seperti hatimu...)

Komentar

Postingan Populer